Di sebuah tempat di Mesir, kala itu! Taken by Aye from Malaysia. |
Dulu, dulu waktu masih kanak-kanak, masih esde, ketika ada beberapa teman di kelas membaca majalah Bobo, dan mereka sangat menikmati aktivitasnya itu, ingiiin sekali rasanya bisa memiliki satu majalah untuk dibaca di rumah.
Keinginan memiliki itu diungkapkan setiap kali ibu saya pergi ke pasar, baidewei, Pasar Horas yang sering kami sebut Pajak Horas, sampai sekarang. "Ma, tuhor annon majalah Bobo da!" - Ma, nanti beli majalah Bobo ya!, itu salah satu permintaan, permintaan yang lainnya, ada macam-macam. Jawabannya hanya "Olo!" - Yo'i! Begitu kira-kira terjemahan bebasnya!
Menunggu ibu pulang dari pasar, sambil membayangkan oleh-oleh di tangannya, ada majalah Bobo, walau sudah loak, tapi terbungkus rapi di dalam plastik putih transparan. Namun, hasilnya nihil. Yang ada, maratabak, buah sawo, omong-omong buah sawo, itu adalah salah satu buah favorit ibu, eh tidak, kami juga makan sih, tapi ibu yang kelihatannya lebih menikmatinya. Terbukti, setiap ke pasar, pasti ada buah itu. Mengenai martabak, ya, tidak pernah tersisa juga sih.
Setiap ke pasar, pesan untuk membeli majalah Bobo selalu disampaikan. Dan setiap pesanan itu tidak kunjung tiba.
Kesempatan untuk ke pasar berdua dengan ibu, tibalah. Dan engingeng, setiap lewat dari depan penjual buku loak, pasti tangan ibu kutarik menuju si penjual. Berharap ada beberapa majalah yang akhrinya berhasil dibawa pulang. Tawar menawar terjadilah, antara ibu yang super jago nawar dan si penjual yang super jago ngeles, "Modalnya memang segitu namboru, cuma lima ratus-nya kudapat!" jadilah majalah Bobo di tangan, hanya hmmmm, berapa ya?, lupa kayaknya satu, mudah-mudahan tidak salah, iya dulu saya rasanya pengiiiin borong semua majalah yang ada di sana, tentu dari beberapa edisi yang berbeda.
Hanya kesempatan itulah yang kupunya untuk memperoleh majalah Bobo itu. Kalau pesan ke ibu, hmmm, jangan harap. Tidak akan terjadi. Selain, mungkin dia juga tidak terlalu care dengan yang begituan.
Masa eSeMPe datanglah. Ada juga beberapa, eh rata-rata ding, teman saya yang suka membaca, rerata yang dibaca adalah komik, majalah remaja bagi beberapa anak perempuan, novel pendekar-pendekar. Dari beberapa jenis bacaan itu, saya (masih) tertarik untuk membaca komik, ada Donald Duck, Rich a Rich (?), Doraemon, dan yang paling kusukai adalah Doraemon, penasaran sekali dengan benda-benda yang akan dikeluarkan Doraemon dan fungsi-fungsinya yang ajaib. Dan benda-benda itu belum ada pada zamannya, dan sekarang, berkat imajinasi penulisnya yang ajaib, benda-benda itu mulai menjadi kenyataan. Contohnyaaaa, yaaaa, banyaklah. Googling sudah!
Karena dulu di sekitar sekolah ada banyak tempat penyewaan buku, sesekali saya pinjamlah buku di sana. Kebanyakan saya pinjam dari teman yang sedang meminjam di sana yang ketepatan masih punya sehari atau dua hari tersisa dari hari yang disepakati, karena kalau lewat satu hari, didenda memang. Terima kasih teman-teman yang meminjamkan komik-komiknya dulu itu. Uang yang pas-pasan memang menjadi kendala saya untuk menyewa buku-buku yang ingin saya sewa kala itu. Apalagi untuk membeli buku, hmmm jangan harap mas.
Birahi membacaku terpuaskan ketika memasuki sekolah Swasta di Kotaku Desaku. SMK Swasta Katolik Assisi. Rumor yang berdedar, perpustakaan sekolahku adalah perpustakaan terbaik dan terlengkap se-Kabupaten Simalungun. Dan I don't care about it, aku tidak mau cari kebenarannya di Google, tidak, karena, hmmm kayaknya Google belum ada saat itu, dan hahahaha, saya belum kenal internet. Yang penting saya bisa baca sepuasnya, seeeepuasnya.
Buku bisa pinjam dua. Dua hari berikutnya pinjam buku yang lain lagi. Kalau ketepatan bukunya tebal, bisa menghabiskan 2 atau 3 hari. Buku Kartu perpustakaanku dari tahun ke tahun selalu penuh dengan tanda tangan penjaga perpustakaan. Saya termasuk pelanggan setia. Saya lebih senang ke perpustakaan ketika teman-teman yang lain lebih senang ke kantin. Tidak usah kukasih tahulah ya, kalian pasti sudah tahu apa penyebabnya.
Sampai sekarang, saya bisa menikmati membaca apa saja. Eh, sebentar dulu waktu SMK saya lebih banyak baca Novel. Sampai-sampai terbersit keinginan menjadi seorang novelist. Minimal punya satu novel karangan sendirilah. Dan sampai sekarang belum terwujud, wha*t**f**k!
Kita kembali ke hal membaca tadi. Sampai sekarang saya membaca buku randomly. Sekarang saya malah berpikir saya harus mulai fokus untuk melakukan apa, membaca jenis buku yang bagaimana, dan harus lebih mendalam. Hidup saya terlalu random sodara-sodara. Kasih dulu nasihat buat saya, plis!
Sebelum saya semakin lebay gak karu-karuan. Dan kalian semkain hanyut dengan curhatanku yang kurang bermanfaat ini, saya harus berpikir untuk menyudahinya.
Intinya, kalau kalian sekarang tidak suka membaca, mulailah membaca. Belilah buku sebanyak-banyaknya. Sebagai stok, kalau-kalau niat membaca kalian datang tiba-tiba, suwer, membaca banyak manfaatnya. Kalaupun kalian gak mau baca buku yang kalian beli itu, daripada busuk dimakan masa, kasih ke saya, boleh, gw iklas kok menerima. WA saya di nomor 0812634283*6. Nanti saya jemput. Kalau kalian cukup baik, nanti saya kasih alamat lengkap agar kalian tahu ke mana harusnya buku itu dikirimkan. Tolong jangan bully saya karena curhatan ini.
Sebelum saya lupa, maaf ma, mama jadi pemeran antagonis di curhatan anakmu yang kurang ajar ini. Tapi saya yakin kok, kalau mama punya uang saat itu, mama pasti beli semua apa yang saya minta. Saya bersyukur dengan keterbatasan yang kita miliki saat itu, karenanya saya sadar bahwa tidak semua hal yang kita inginkan itu harus bisa kita miliki. Dan kerja keras itu penting, dan kerja keras itulah yang belum anak bungsumu ini miliki sampai sekarang. Saya masih cengeng ma eeee!!!! (Tomson Sabungan Silalahi)
SELESAI
KOMENTAR