Kalau Kau Tidak Berdosa, Lempari Saya Batu

Sumber foto: ukuri.org

Oleh: Tomson Sabungan Silalahi

"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (bdk. Yohanes 8:7). Kata-kata itu terlintas sesaat setelah mendengar ada beberapa orang yang wolk out ketika Anies, Gurbernur DKI Jakarta sedang menyampaikan sambutannya pada acara peringatan 90 tahun berdirinya sekolah Kolese Kanisius. Juga setelah beberapa hari ini ada dua remaja yang terciduk sedang bermesraan dan dihakimi dengan cara tidak manusiawi oleh orang-orang yang tidak betanggung jawab kemudian videonya disebarkan lewat media sosial. Tapi bukanlah masalah kedua remaja ini yang mau kita bahas kali ini.

Adalah Ananda Sukarlan pianis berdiri dari kursi VIP-nya dan walk out saat Anies memberikan sambutan. Aksinya diikuti sejumlah alumni lainnya.

Sumber foto: tirto.id

Dikutip dari kompas.com Ananda mengatakan, dia walk out karena sososk Anies yang diundang di acara itu dinilai tak mencerminkan nilai-nilai ajaran Kanisius. Ananda menyinggung soal pidato Anies seusai dilantik sebagai Gubernur DKI yang menyinggung masalah pribumi dan non-pribumi.

"Waktu kami datang ke sana, kami kaget, kok, ada Pak Anies. Terus kami pikir, kenapa, sih (diundang). Karena nilai-nilai Pak Anies enggak sesuai dengan yang diajarkan Kanisius, terutama tentang perbedaan, pribumi, dan non-pribumi," ujar Ananda. 

Hemat penulis, kita kerap menuduh orang lain tidak pluralis, namun sangatlah tampak bahwa sebenarnya kitalah yang sebenarnya yang sangat mempermasalahkan perbedaan itu. Salahkah mengundang orang yang (nilai-nilainya) berbeda dengan kita?

Sumber foto: 1.bp.blogspot.com

"Saya itu Islam dan waktu itu saya enggak ada masalah sekali dengan teman-teman yang Katolik. Menurut Pak Anies, non-pribumi, saya enggak tahu apa sih pribumi dan non-pribumi itu. Saya orang Jawa, Islam, dan saya bergaul dengan sangat baik dengan teman-teman saya sampai sekarang," ujar Ananda. Nah, loh!

Tidak ingin memebela siapa-siapa, bukan pula ingin meyalahkan siapa-siapa, lewat tulisan sederhana ini, penulis ingin mengingatkan diri sendiri bahwa, ya, memang tidak jarang kita menghakimi orang lain tanpa melihat terlebih dahulu apa yang sudah kita lakukan. 

Yesus sudah mengingatkan kita untuk tidak saling menghakimi satu sama lain, karena memang kita juga punya dosa, kesalahan. Konteks di Kanisius memang tidak sedang melempar batu, tapi tetap saja dengan maksud menghakimi.

#WeNeedToTalk (videonya di atas) demikianlah jargon yang diusung pada acara World Yotuh Forum yag diadakan baru-baru ini di Mesir. Dan memang benarlah, kita sedang dan selalu butuh untuk berdialog, dengan siapa pun, tidak ada pengecualian.

Sumber Foto: 3.bp.blogspot.com

Sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anis bisa dihakimi jika memang kebijakan-kebijakannya tidak pro rakyat. Jangan sampai kita terlena dengan masalah yang sebenarnya tidak terlalu penting. Alih-alih ingin mempertahankan persatuan dan kesatuan malah dengan sikap-sikap kita yang tidak tepat malah memecah belah persatuan yang sudah ada.

Baca juga (Mencari Lawan, Jangan!)

Mari kita perhatikan kebijakan apa yang keluar dari Gubernur baru ini, salah, mari kita protes ramai-ramai bukan menolak pribadinya. Mau tidak mau, dia adalah Gubernur DKI Jakarta saat ini, tidak ada alasan menolak pribadinya. 

Sumber foto: detiknews

Jangan sampai apa-apa yang baik yang dilakukannya tidak pernah kita pandang. Beralakulah adil, sejak dari pikiran, pesan Pramudya dalam salah satu novelnya.

Atau adakah janji-janjinya ketika kampanye tidak dilaksanakan? Saatnya menuntut janji kampanye itu. 

Kita, jangan mau dipecah belah lagi dengan masalah-masalah sepele seperti ini. Kayak drama saja!