Menulis (dan) Genre Teks

"Semua teks mempunyai kadar rayuan" kata Ibu Helvy Tiana Rosa, M.Hum pada acara Pemantapan Materi Genre Teks di Fakultas Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta, Jumat, 17 Nopember 2017. 

Agar sebuah tulisan mendapat tempat di hati para pembacanya (baca: agar bisa merayau), sebuah tulisan harus memiliki kharisma. Maka untuk memperoleh kharisma itu sebuah tulisan harus mengandung realitas, memerhatikan diksi yang akan dipakai, perhatikan metode penulisannya, dan tidak lupa memilih judul yang menarik.  

Khusus teks fiksi lanjut Ibu Helvy yang sudah berhasil memfilmkan 2 karya fiksinya, misalnya sebuah cerpen, judulnya harus menarik, menyisipkan istilah bahasa asing yang padanannya memang tidak ada pada bahasa Indonesia misalnya (kalau kita menulis dalam bahasa Indonesia). Paragraf pertama harus menarik, karena paragraf pertama ini adalah pintu masuk ke dalam tulisan, akan sangat menentukan keputusan pembaca, apakah terus akan membaca atau berhenti hanya di paragraf itu. Bahasanya harus estetis, puitis, imajinatif, intuitif. Karena semua itu adalah faktor rasa. 

Beda dengan Ibu Helvy, Bapak Syarifudin Yunus lebih memberikan motivasi kepada para peserta. Beliau menunjukkan karya-karyanya yang telah dimuat di berbagai surat kabar, juga telah terbit 17 buku sejauh ini. Setiap hari dia harus menulis, kalau tidak tidurpun tidak akan bisa. "Seorang guru harus menulis" ajaknya. Kemudia dilemparkannya sebuah pertanyaan, "Jika menulis adalah sebuah pertandingan, siapakah yang kita lawan?" kemudian dijawabnya, "Diri Sendiri!"

Menulis hanya butuh sikap dan kemauan. Maka menulis adalah perilaku, bukan pelajaran ataupun teori. 

Tentang penulisan Prosa, Bapak Evfi Firmansyah mengungkapkan, selama ini kita lebih mengedepankan aspek penghela pengetahuan teks hingga nilai-nilai budaya, moral, keindahan, dan rasa terlupakan. Beliau juga mengingatkan bahwa mengapresiasi artinya memberi penghargaan seobjektif mungkin atas sebuah karya.

Bapak Kris Sanjaya lebih menekankan pada perilaku. Diterangkannya bahwa Genre Teks pertama kali diajarkan pada para migran di Australia. Dengan mengajarkan Genre Teks para migran sekaligus mengetahui budaya, kebiasaan, memperoleh pengetahuan, dan bagaimana harus bersikap di Australia. Kemudian lanjutnya, tujuan pendidikan hanyalah semata-mata untuk bertahan hidup. 

Hadir juga Bapak Agus Trianto dari Universitas Bengkulu. Dia jelaskan bahwa semua ilmu disampaikan melalui bahasa. Maka ketika seseorang tidak mengerti bahasa untuk mempelajari ilmu yang lain akan mengalami kesulitan. Mengenai Genre, diterangkannya bahwa genre bukanlah jenis-jenis teks, tetapi proses. Bagaimana teks menggambarkan, menjelaskan, memerintahkan, menyatakan pendapat, menceritakan.

Sebelum semua materi di atas disampaikan pertama sekali acara ini dipimpin oleh saudari Hamidah. Diperkenalkannya satu per satu para pemateri. Kemudian acara dibuka secara resmi oleh Ibu Dr. Miftahul Khairah, M.Hum selaku Kepala Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta. (TS)