OLEH : ROBERTUS DAGUL
Mahasiswa adalah kaum intelektual yang jauh berbeda dengan kaum muda yang lain yang sering kita temukan di masyarakat. Dari stigma di atas tentu sebagai mahasiswa harus mampu mempertanggungjawabkan dirinya sebagai kaum intelektual pada masyarakat yang paling utamanya ketika berada pada dunia dialektika. Mahasiswa dalam dunia dialektika mesti selalu memperbiasakan diri untuk berdialog dengan siapa saja. Membangun budaya diskusi sesering mungkin baik di lorong –lorong kampus seperti di kedai kopi sambil menikmati secangkir kopi maupun di ruang kuliah itu sendiri. Selain Mahasiswa berdialektika di ruang kampus mahasiswa juga perlu membangun dunia dialektika di ruang organisasi Lokal maupun nasional. Membangun dunia dialektika oleh mahasiswa adalah bagian dari proses saling memberi informasi ataupun saling memberi ide-ide baru yang mungkin belum di ketahui sesamanya.
Di era yang semakin modern, dunia dialektika jarang kita temukan di kalangan mahasiswa, kalaupun ada, itu hanya kita temukan pada mahsiswa tertentu dan juga pada organisasi kepemudaan. Proses mencari kesejatian diri bagi seorang mahasiswa tentunya butuh tahapan-tahapan atau etape berbagai etape hingga pada eksistensi diri . Mahasiswa tentunya dalam dunia dialektika membutuhkan komunikasi yang lebih intens dan reaksioner. Membangun dunia dialektika dengan siapa saja tidaklah menjadi masalah asalkan mahasiswa tetap memegang teguh predikatnya sebagai kaum intelektual muda yang sangat jauh berbeda dengan orang muda yang bukan mahasiswa.
Ada beberapa poin yang perlu di terapkan oleh mahasiswa dalam dunia berdialektika:
Pandai Menempatkan Diri
Mahasiswa dalam dunia dialektika mesti pandai menempatkan diri, dalam artian mahasiswa menempatkan posisinya sebagai pendengar ketika belum mengetahui topik apa yang sedang di diskusikan dalam ruang dialektika. Keberadaan seorang mahasiswa akan di akui oleh sesamanya ketika mahasiswa itu sendiri pandai memposisikan dirinya ketika berada dalam ruang dialektika, baik di lorong –lorong kampus maupun di dunia organisasi kepemudaan di luar kampus. Menumbuhkan sikap dialektis, tau diri, tidak sombong, tidak ego intelektual adalah bagian dari proses yang harus dipegang teguh oleh mahasiswa, sehingga proses untuk penempatan diri akan diterima di semua kalangan baik itu oleh masyarakat maupun sesama mahasiswa itu sendiri.
Dunia dialektika bagi mahsiswa selalu menjadi patokan dalam mencari eksistensi diri ataupu kesejatian diri, karena dalam dunia dialektika mahasiswa akan semakin dewasa ketika ada masukan-masukan yang kontributif ataupun kritikan yang sifatnya saling menyempurnakan dari sesamanya. Tidak semua organisasi akan langsung menerima mahasiswa begitu saja dalam dunia dialektika tanpa mengenal siapa dia sebenarnya dan apa yang dia inginkan dalam membangun dialektika. Akan semakin terlihat elegan ketika dialektika yang terjalin oleh mahasiswa Selalu berada pada posisi yang utama dan menempatkan diri sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Dunia dialektika tentu bukan hanya kita temukan di dunia nyata, tetapi juga di media sosial yang setiap hari mahasiswa selau bertatapan dengan layar kaca yang berukuran segi empat itu. Salah satu hal yang perlu di ketahui oleh mahasiswa dalam membangun dunia dialektika di media sosial, baik facebook, Instagram, BBM, WhatsApp serta aplikasi lain adalah selalu menempatkan posisinya sebagai mahasiswa. Dalam artian tidak membuat statement yang kontraversial yang dapat memecah belah bangsa.
Dunia dialektika bagi mahsiswa selalu menjadi patokan dalam mencari eksistensi diri ataupu kesejatian diri, karena dalam dunia dialektika mahasiswa akan semakin dewasa ketika ada masukan-masukan yang kontributif ataupun kritikan yang sifatnya saling menyempurnakan dari sesamanya. Tidak semua organisasi akan langsung menerima mahasiswa begitu saja dalam dunia dialektika tanpa mengenal siapa dia sebenarnya dan apa yang dia inginkan dalam membangun dialektika. Akan semakin terlihat elegan ketika dialektika yang terjalin oleh mahasiswa Selalu berada pada posisi yang utama dan menempatkan diri sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Dunia dialektika tentu bukan hanya kita temukan di dunia nyata, tetapi juga di media sosial yang setiap hari mahasiswa selau bertatapan dengan layar kaca yang berukuran segi empat itu. Salah satu hal yang perlu di ketahui oleh mahasiswa dalam membangun dunia dialektika di media sosial, baik facebook, Instagram, BBM, WhatsApp serta aplikasi lain adalah selalu menempatkan posisinya sebagai mahasiswa. Dalam artian tidak membuat statement yang kontraversial yang dapat memecah belah bangsa.
Kebebasan mengenal batas
Pasal 28 E Ayat 3 mengatakan : Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Maka dari itu Mahasiswa dalam setiap kesempatan dalam ruang dialektika mempunyai kebebasan untuk berpendapat, baik dengan sejawatnya, seniornya, dan terhadap juniornya. Sejauh tidak menyinggung pihak –pihak tertentu dalam berdialektika. Perlu di ketahui oleh mahasiswa itu sendiri bertindak bebas sangatlah di terima dalam dunia dialektika, tetapi Kebebasan di sini bukan berarti kebebasan dengan sesuka hati, bertindak atas kehendak sendiri. Melainkan kebebasan bertindak dengan mempertimbangkan aspek moral atau etika dalam berdialektika. Jean Paul Sartre, seorang filsuf Eksistensialisme mengatakan : Ketika kebebasan adalah satu-satunya universalitas manusia, maka batasan dari kebebasan setiap individu dan sejauh mana kebebasan itu bersifat bebas. Kebebasan mengenal batas bagi setiap mahasiswa dalam berdialektika adalah hal yang wajar dan biasa-biasa saja sejauh tetap mengedepankan aspek moral bukan imoralitas. Maka dari itu keberadaan atau eksistensi seorang mahasiswa di akui.
Mahasiswa dalam berdialektika di dunia yang semakin modern perlu berpikir yang rasional dan berpikir global, terutama ketika berdialektika di sosial media. Mahasiswa harus mampu menempatkan dirinya dan tidak bertindak sebebas- bebasnya ketika memuat status di sosial media. Bersikap netral, tidak memfitnah pihak tertentu, membuat statement yang kontributif dan adukatif terhadap pengguna sosial media. Sebagai anak bangsa yang bernaung di bawah panji Pancasila tentu pemahaman mahasiswa semakin luas dan mampu merasionalisasikan asas bebas dalam bingkai nilai-nilai pancasila. Maka dari itu kebebasan mengenal batas sangatlah di perlukan dan harus di pegang teguh oleh mahasiswa dalam dunia dialektika . Sehingga mahasiswa tetap di katakan kaum intelektual muda yang jauh berbeda dengan kaum muda yang bukan mahasiswa.
Rileks, Santun, Elegan dan Ilmiah
Dialeketika sebagai poses bertukar ide dan gagasan antara satu individu dengan indivi lain merupakan acuan dasar dalam mengisi setiap kesempatan baik terhadap sesama mahasiswa maupun pada lingkungan sosial di luar kampus. Dialektika akan terkesan bagus dan menyenangkan ketika ada interaksi yang intens dan tidak terasa tegang. Memperbiasakan diri dalam dunia dialektika yang rileks adalah bagian dari cara mengisi ruang ilmiah yang tidak terkesan formal. Rileks juga akan membuat aspek psikologi mahasiswa itu sendiri terbentuk. Dialektika yang rileks akan membawa dampak yang baik terhadap proses komunikasi dalam ruang dialektika terutama proses pertukaran informasi atau ide yang kesannya tidak terlalu resmi.
Mahasiswa juga perlu bertutur yang santun ketika dalam kesempatan berdialektika. Santun berarti membangun komunikasi yang dapat diterima oleh semua kalangan baik mahasiswa itu sendiri maupun ketika berada di lingkungan sosial masyarakat. Selain itu juga santun selalu membutuhkan aspek moral dalam membangun ruang dialektika. Komunikasi akan terkesan santun ketika tidak ada sikap saling menyudutkan, saling menfitnah, saling menerima pendapat dan pandai mendengar.
Elegan dan ilmiah adalah suatu bentuk pembawaan diri dan berdialektika yang sifatnya resmi. Elegan dan ilmiah selalu menjadi patokan bagi mahasiswa ketika berada di ruang yang formal seperti di ruang seminar, di ruang kelas, ataupun organisasi lokal dan nasional. Biasanya elegan dan ilmiah di terjadi ketika ada diskusi yang melibatkan orang-orang penting di dunia dilektika baik sesama mahasiswa maupun pejabat-pejabat tertentu.
Membaca Buku
Membaca buku merupakan fundamen dasar atau bekal untuk bisa berdialektika pada ruang ilmiah. Membaca juga merupakan sebagai bagian dari modal untuk menambah khasanah berpikir. Seperti membaca berbagai literatur dan juga berbagai penelitian orang lain yang sudah dibuat dalam buku sebagai modal untuk membangun sebuah diskusi yang terkesan ilmiah ataupun ketika berada di ruang seminar. Proses pertukaran idea tau gagasan yang di bangun dalam dunia dialektika yang ilmiah akan membantu mahasiswa itu dalam menyelesaikan tugas akhir.
Membaca buku merupakan fundamen dasar atau bekal untuk bisa berdialektika pada ruang ilmiah. Membaca juga merupakan sebagai bagian dari modal untuk menambah khasanah berpikir. Seperti membaca berbagai literatur dan juga berbagai penelitian orang lain yang sudah dibuat dalam buku sebagai modal untuk membangun sebuah diskusi yang terkesan ilmiah ataupun ketika berada di ruang seminar. Proses pertukaran idea tau gagasan yang di bangun dalam dunia dialektika yang ilmiah akan membantu mahasiswa itu dalam menyelesaikan tugas akhir.
Membudayakan membaca bagi setiap mahasiswa mesti selalu di jalankan pada setiap kesempatan yang kosong baik ketika ada di ruang kuliah maupun ketika berada di rumah. Mahasiswa sangatlah perlu membaca, dengan membaca maka mahasiswa akan semakin mudah berdiskusi ataupun bertukar ide dalam dunia dialektika. Tentu dengan membaca mahasiswa tidak lagi berbicara yang kesannya terbatah-batah, sepotong-potong dan tidak hanya asal bicara. Maka dari itu membaca sangatlah penting bagi setiap mahasiswa dalam mengisi ruang dialektika.
KOMENTAR