Pemimpin Harus Bermental Pemimpin Jangan Bermental Pejabat

Oleh: Stepanus Hawiananko*

Secara umum mungkin kita tahu bahwa pemimpin atau kalau dalam bahasa Inggrisnya disebut leader adalah biasa dikenal sebagai penghulu/pelopor/penggerak atau seorang pribadi yang memiliki kelebihan/kecakapan di suatu bidang sehingga dia mampu untuk memengaruhi orang lain agar mau bersama-sama bergerak melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan, dan seseorang yang mau mengikhlaskan nyenyak tidurnya demi nyenyak tidur orang lain. 

Seorang pemimpin tidak dilahirkan akan tetapi diciptakan atau dibentuk lewat pendidikan, artinya siapa pun bisa jadi pemimpin. Esensi dari kepemimpinan itu adalah pengaruh atau memengaruhi. Siapapun yang bisa memengaruhi akan menjadi seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus dapat membangun trust (kepercayaan) untuk para rekan kerja atau orang-orang yang dipimpinnya. Dalam buku Leadership Challenge yang ditulis oleh James M. Kouzes ada 12 perilaku pemimpin untuk dapat dipercaya di antaranya: 

1. Pemimpin harus membiasakan diri berbicara dengan jujur, berbicara dengan kejujuran yang apa adanya.
2. Pemimpin mampu menunjukkan rasa hormat terhadap orang lain secara khusus kepada rekan kerja yang dipimpinnya. 
3. Pemimpin yang mampu menunjukkan bahwa tidak ada dusta di antara kita, maksudnya tidak ada agenda-agenda yang tersembunyi pada suatu organisasi.
4. Pemimpin yang mau mengakui kesalahan, benarkan bahwa kita salah atau akui kesalahan kita dengan meminta maaf, karena sebagai manusia tidak selalu benar.
5. Pemimpin yang mampu menunjukkan loyalitas kepada orang-orang yang dipimpin, bukan hanya bawahan yang memberikan loyalitas tetapi atasan juga harus lebih loyal kepada bawahan. Loyalitas adalah kesediaan dan keikhlasan yang diberikan. Jika pemimpin memberikan loyalitas kepada bawahan dan sebaliknya maka organisasi akan lebih baik.
6. Pemimpin yang bisa menghasilkan sesuatu.
7. Pemimpin yang selalu ingin belajar menghasilkan sesuatu yang lebih baik, selalu atau terus belajar untuk mencapai sesuatu yang baik.
8. Pemimpin yang mau menghadapi kenyataan, suatu duka yang dilakukan akan mendapatkan suatu hal yang besar, sehingga suka dan duka akan membentuk karakter dari diri sendiri dengan menghadapi tantangan-tantangan. Seperti sabar, menghadapi orang-orang yang malas.
9. Pemimpin yang bisa mengklarifikasi harapan, pastikan setiap perintah/kebijakan itu dipahami oleh orang lain, tidak boleh seorang bawahan itu mengira-ngira ini yang dilakukan oleh seorang pemimpin.
10. Pemimpin yang bisa mempraktekkan akuntabilitas, bukan hanya pemimpin yang menuntut akuntabilitas kepada bawahan tetapi juga sebaliknya.
11. Pemimpin yang bisa mengasah seni atau keterampilan mendengar, bukan hanya bisa memerintah dan berbicara tetapi juga mau mendengar pendapat orang lain.
12. Pemimpin yang mampu merawat dan juga terus berkomitmen untuk sesuatu yang mengikat yaitu tugas dan tanggunga jawabnya kepada bawahannya, sehingga ikatan ini harus dijaga agar tidak rapuh.

Maka dengan 12 perilaku tersebut untuk bisa selalu memperluas kepercayaan sebagai pemimpin lakukan itu secara terus menerus jangan berhenti, artinya jika kita ingin tetap dipercaya oleh orang lain sebagai seorang pemimpin maka kita harus melakukan 12 perilaku tersebut. 

Jika pemimpin bisa melakukan hal-hal di atas maka akan terbentuk karakter dan mental yang baik, terbentuknya karakter yaitu jujur, kompeten hal ini terbentuk karena seorang pemimpin senantiasa melakukan hal-hal tersebut tanpa harus mengabaikan pembentukan karakter dari keluarga.

Kembali pada konteks judul tulisan bahwa menurut dari kacamata awam saya, selama ini banyak pemimpin secara khusus di dalam organisasi pemerintahan yang mengemban suatu amanah sebagai pemimpin ternyata “Bermental Pejabat”, sikap sok-sok’an minta dilayani itu terlihat sangat dominan sekali. Secara garis besar kita bisa melihat dan menilai seorang pemimpin itu apakah betul-betul bermental pemimpin atau bermental pejabat, berikut beberapa ciri-cirinya: (1) Pemimpin yang bermental Pemimpin akan selalu dekat dengan rakyatnya, pro dengan rakyat, terbuka untuk mendengar dan menampung aspirasi, siap bekerja dan tulus melayani, senang dan akan selalu siap untuk mendapatkan kritikan yang menurutnya itu bersifat membangun, kreatif, memiliki gagasan-gasan cemerlang dan berani untuk melakukan terobosan-terobosan, bisa memberikan inspirasi kepada rakyatnya atau orang-orang yang dipimpinnya. Sedangkan (2) Pemimpin yang bermental Pejabat akan memberi jarak dan sekat dengan rakyatnya, pro dengan para cukong atau kelompok kepentingan, akan senantiasa minta untuk dilayani, merasa paling pintar dan ahli sendiri untuk menyelesaikan berbagai persoalan, tidak suka dikritik (mudah baper), dan hal ini tidak membuat rakyat salut tapi akan membuat rakyat atau orang-orang yang dipimpinnya cemberut.

             

Sehingga refleksi untuk kita bersama terkhusus pesan saya kepada para pemimpin (tuan-tuan dan nyonya-nyonya) di organisasi pemerintahan Republik ini, sudah saatnya kembali pada hakikat dasar seorang pemimpin mari menjadi “Pemimpin Bermental Pemimpin Bukan Pemimpin Bermental Pejabat”. Karena kami rakyat jelata butuh pemimpin yang siap melayani bukan pemimpin yang selalu ingin dilayani.

*Penulis adalah Mahasiswa Kampus Orange FISIP UNLAM Banjarmasin, Sekretaris Jenderal DPC Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Cabang Banjarmasin.