Hi, nggak balas chatting, sesibuk apa sih?

Oleh: Tomson Sabungan Silalahi

Dalam tulisan ini, saya mau marah, mudah-mudahan saja bisa mewakili marah-marah kalian. Saya mau menumpahkan kekesalanku pada empat tipe orang dalam hal berkirim pesan via whatsapp.

Yang pertama, saya yakin seyakin-yakinnya semua orang pasti kesal ketika chat-nya tidak dibalas. Centang dua, berubah jadi biru, beberapa detik, semenit, sejam-pun berlalu, tapi tak kunjung berbalas. Kesal kan? Apalagi kalau kita butuh jawaban sesegera mungkin. Mungkinkah sesibuk itu, sampai-sampai tak sempat membalas pesan kita? Hanya di-read.

Kadang saya berpikir liar, apakah pesan dari saya dianggap tidak penting atau lebih parah lagi, jangan-jangan saya sudah tidak “dianggap” lagi. Teman macam apa itu? Terus terang aku tidak sanggup berteman dengannya. Entahlah kalian. Mau diblokir saja, tapi sial, itu bukan tipeku. Kutelan ludah dan kutunggu balasannya, sampai benar-benar dia tidak sesibuk tadi. Berusaha berpikir positif bahwa dia benar-benar sibuk memang. Kalaupun ternyata tidak sibuk tapi karena saya yang tidak dianggap atau pesan saya dianggap tidak penting, biarlah Allah yang membalas, biarlah Allah tidak balas chat-nya kalau dia sedang perlu, itulah tipe orang yang pertama.

Yang kedua, tipe yang tidak kalah menyebalkan, kalau ini menurutku pribadi ya, tapi tidak apa kalau kalian juga setuju dengan pendapatku ini. Adalah orang yang mengubah pengaturan whatsapp-nya agar jika menerima pesan, yang mengirim tidak tahu apakah pesannya sudah dibaca atau tidak. Vangke kan? Dulu, jujur aja, aku juga pernah mikir untuk membuat hal yang sama, saya vangke sudah di dalam pikiran. Untung saya urungkan karena pengalaman enak enek dari orang-orang yang mengatur whatsapp-nya sedemikian rupa.

Pertanyaan kadang muncul di benak saya, pernah ndak ya mereka mikir bagaimana perasaan orang yang mengirim pesan ke mereka dan menunggu jawaban tapi galau apakah pesannya sudah dibaca atau tidak? Ok, mereka bisa berdalih, kalau pentingkan, saya bisa ditelfon. Betul, tapi ada beberapa orang yang sungkan untuk mengganggu aktivitas temannya. Pesan saja tidak dibalas apalagi mau ngutang ya kan? Eh!

Yang ketiga, yang terakhir, dan ini sering sekali saya menerima yang begini. Begini, tipe yang terakhir ini menjadi menyebalkan karena terlalu ramah. Kebalikan ekstrem dari tipe pertama dan kedua di atas. Setiap hari mengirim pesan. “Hi” atau “Hallo”, “Bang”, “Apa kabar?”, “Sehat bang?”, itu pesan pertama. Beda orang beda gaya. Tapi ya sama saja. Kalau setiap hari ngirim pesan demikian, ya bingung kan? Segitunya banget.

Kalau dibalas, “Hi, gimana?” maksudku mau bilang “Iya, ada apa ya?” terus tidak dibalas. Sekalinya dibalas, dia hanya balas “Gak apa-apa bang, hanya nanya kabar aja”, bukannya saya sesibuk orang-orang yang saya kenalkan di atas, tapi masa iya, saya harus meladeni orang-orang yang seperti itu setiap hari? SETIAP HARI? Yakin lu? Orangnya beda-beda pula. Apakah mereka takut kalau-kalau saya melupakan mereka barang seharipun? Ya Allah, mohon berikan hidayahmu kepada teman-temanku itu, I quit!

Sebentar, maksud saya begini. Kenapa kita selalu hidup dalam basa-basi? Which is literally ndak penting amat. Tolong dari sekarang straight to the point kalau sedang sibuk, balas aja “Natar ya bro, lagi sibuk!” kalau misalnya kita memang sibuk atau kita sedang butuh mikir untuk jawab pesan-pesan yang masuk itu.

Untuk CEO whatsapp, tolong jawab pertanyaanku ini. Kenapa kau biarkan kami melihat centang dua hitam di hp kami sementara teman saya nun jauh di sana sudah membacanya? Dan kami yang bukan siapa-siapa ini hanya bisa menunggu dengan tidak pasti, akan dibalas atau tidak.

Tipe terakhir (ini adalah bonus, karena tidak banyak yang seperti ini, atau bisa saja hanya dia seorang di dunia ini) adalah tipe orang yang selalu mengiklankan diri, yang sebenarnya sah-sah saja tapi bikin sedikit risih. Mengirim link-link berita tentang dirinya. Pernyataan-pernyataannya yang dimuat di koran cetak, media online mainstream (kalau yang ini jarang) sampai ke media online abal-abal yang nama blog-nya aneh-aneh. Nanya kabar tidak pernah atau sekedar mengirim “hi” pun tidak pernah, tidak pernah, sekalipun.

Satu dua kali saya coba untuk membaca saja pesan yang dikirimkannya. Dan saya paling bingung jika mendapat link-link berita itu, diapresiasi atau dibirakan saja. Akhirnya sesekali saya kirim “mantap bang” dan tidak dibalas, karena saya juga tidak mengharapkan balasan.

FYI, sampai hari ini, saya masih mendapat link-link berita yang memuat dirinya dan akhirnya saya biarkan saja. Beberapa teman dekat saya akhirnya memblokir nomornya. Saya tidak tega, bukan tipe saya. Kalau kalian ketepatan memiliki teman yang seperti ini, sabar-sabar sajalah, sudah nasib kali punya teman seperti itu.