SALING TUDING HINGGA BELAJAR ONLINE, ORANG MISKIN APA KABAR?

Gambar dari: DDTCNews

Oleh: @tomsonsilalahi

Malam ini keponakanku yang masih SD di Batam menelpon. Saya tidak bisa menggambarkan ekspresi mereka saat memberitahu kalau sekolah mereka diliburkan, iya mereka nelpon bukan video call yang bisa melihat langsung ekspresi wajahnya. Tapi kalau bisa disuruh menerka-nerka, suara meraka kurang bersemangat, yang paling bersemangat malah si bungsu yang belum sekolah, saya bisa maklum mengapa dia bersemangat, karena sampai dua minggu ke depan kakak-kakaknya akan ada di rumah. Rumah akan ramai tidak seperti hari-hari sebelumnya, sepi, tidak ada teman bermain kecuali ibunya.

Sedang saya menulis ini, sembari saya menebak-nebak penuh risau, gembirakah mereka karena dirumahkan? Namun bukan itu yang paling merisaukan saya. Selama dua minggu nanti apakah mereka akan mendapatkan pelajaran secara online seperti kampus-kampus besar di tanah air? Saya bisa tebak, tidak. Karena mereka tidak punya alatnya, telepon seluler mereka jarang terisi paket data internet. Jangan tanya kenapa, kalian pasti sudah tahu jawabannya. Selain itu, belum tentu sekolah mereka sudah punya fasilitasnya, kalaupun punya, jangan-jangan gurunya tidak tahu pakai. Jangankan tingkat SD ya, mungkin saja ada di tingkat Perguruan Tinggi yang belum siap dengan pembelajaran online ini.

Mungkin Anda suka video di bawah ini: Cara membuat hand sanitizer.

Hal yang paling mungkin adalah belajar sendiri atau setidaknya mengerjakan tugas-tugas yang sudah disediakan guru-gurunya agar waktu dua minggu di rumah tidak dihabiskan dengan bermain atau malah bengong tidak tahu mau mengerjakan apa. Mudah-mudahan ibu mereka bisa mengajari mereka di rumah.

Kasus di atas masih satu keluarga, masih banyak lagi keluarga-keluarga yang lain di Kota atau Desa yang memiliki situasi yang sama, bahkan mungkin masih banyak yang lebih parah. Atau bagaimana kalau di satu daerah bahkan tidak ada jaringan internet?

Virus Corona tiba-tiba mengejutkan dunia semoga jangan sampai terheran-heran ya. Negara-negara maju tentu lebih siap dengan kejutan-kejutan ini, Indonesia? Eh, Indonesia sudah jadi negara maju ya (ini fix bagian nyinyir). Tapi kita, setidaknya masih sering maklum dengan ketidaksiapan kita sendiri. Gak masalah lah, hanya dua minggu gak masuk sekolah, gak apa-apa lah.

Baca juga: MANUSIA-MANUSIA TIDAK BERGUNA

Lima paragraf di atas masih menyoal kesiapan sekolah-sekolah bahkan kampus dengan pembelajaran jarak jauh, belum masalah yang lain sebagai dampak pendemik itu.

Semoga dengan adanya virus yang memaksa kita untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan lama yang kurang baik menjadi lebih baik, mencuci tangan lebih sering misalnya, tapi bagaimana pula dengan daerah yang kekurangan air bersih, seperti Batam akhir-akhir ini misalnya? Complicated ya? Iya. Atau anjuran mencuci tangan pakai hand sanitizer padahal harganya tiba-tiba melangit karena diborong si kaya? Atau ditimbun penjual yang serakah?

Akhirnya saya harus menyelesaikan tulisan ini agar tidak terlalu bertele-tele, sambar sana sambar sini dan melahirkan banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya. Akhirnya virus corona a.k.a. Covid-19 (dimana para pemimpin negara akhirnya saling tuding tentang asal muasal si virus) harus membuka mata kita bahwa ternyata masih banyak masyarakat kita yang miskin baik ekonomi maupun akhlaknya (termasuk saya karena hanya bisa protes tanpa kasih solusi).

Maka pekerjaan rumah kita masih banyak. Di antaranya adalah kesenjangan masih ada di mana-mana dan kebijakan-kebijakan yang kita ambil kadang-kadang (kalau tidak mau dibilang sering-an) masih keliru mungkin karena beberapa hal ini: data kita tidak punya, alat ukurnya yang kurang canggih, atau manusia yang mengukurnya ogah-ogahan atau kurang kompeten, atau adanya penyangkalan-penyangkalan entah apapun motifnya. Kalau pekerjaan rumah ini belum tuntas, yang paling rentan setiap ada musibah adalah orang miskin.

Baca  juga; TENANG  DAN CERDAS HADAPI COVID-19

Dari kata "akhirnya" di dua paragraf di atas, ternyata tulisan ini belum selesai-selesai juga sementara yang baca sudah mulai ngamuk. Oke, ini akhirnya, #StaySafe #StayHealthy everyone. Sambil kubertanya-tanya, apakah dosen-dosen kita akan benar-benar menerapkan perkuliahan jarak jauh, amen.

Catatan:

Tulisan ini terinspirasi dari sebuah artikel oleh Aldama di Rappler (kalian harus banget baca), klik di sini untuk membaca tulisannya.