Oleh: Mery Silalahi*
Tua atau muda, lebih senior
bahkan terhitung baru saja terjun sebagai tenaga pendidik panggilannya tetap sama
yaitu “Guru”. Berbeda dengan orang yang bekerja untuk sebuah perusahaan, ada
yang dipanggil direksi, direktur, sekretaris, menejer dan lain-lain. Bekerja
sebagai seorang guru adalah tugas yang mulia sekaligus cukup menantang, sebab
yang diperjuangkan bukan hanya pengetahuan tetapi juga karakter anak didik.
Berbicara tentang profesi sebagai
seorang guru seketika saya terngiang akan sebuah semboyan yang digaungkan oleh
bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Semboyan beliau berbunyi: “Ing ngarso sung
tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”, yang artinya di depan
guru harus memberi teladan, di tengah/di antara murid, guru harus menciptakan
prakarsa dan ide, dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan
arahan. Semboyan inilah yang semestinya menjadi dasar utama dan pijakan seorang
guru dalam melaksanakan tugasnya dalam kondisi apapun di samping keahliannya di
bidang yang akan diajarkan.
Foto diambil sebelum pembelajaran daring diberlakukan. |
Mengemban tugas sebagai seorang
guru otomatis menjadi salah satu komponen penting atau penggerak dalam
memajukan kualitas pendidikan serta terlibat dalam terjaminnya keberhasilan
pendidikan. Tentu bukanlah hal yang mudah dalam praktiknya. Refleksi pribadi,
mengabdi kurang lebih satu tahun menjadi seorang guru merupakan waktu yang
belum cukup membelajarkan saya bagaimana menjadi seorang guru yang sebenarnya.
Terlebih tantangan diluar dugaan dengan munculnya fenomena global saat ini,
yang telah menjadi teror diseluruh dunia termasuk Indonesia yaitu virus yang
diberi nama resmi COVID-19 oleh Organisasi kesehatan dunia (WHO).
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nadiem Makarim mengeluarkan surat edaran tentang kebijakan Mendikbud dalam masa
darurat COVID-19 mengenai peniadaan pelaksanaan UN khusus untuk tahun 2020,
serta lima instruksi Mendikbud yang dikutip dalam CNBC Indonesia dan salah
satunya adalah Belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh. Sejak
diberlakukannya sistem pembelajaran daring, beberapa guru mulai inisiatif
mempelajari aplikasi-aplikasi pembelajaran daring yang nantinya akan digunakan
sebagai media belajar. Terang saja situasi belajar daring tak mudah berjalan
mulus, dikarenakan semua guru dituntut beradaptasi secara instan
mengaplikasikan kemajuan teknologi agar materi pembelajaran yang sudah direncakan
tidak ketinggalan. Guru diminta harus siap untuk meng-upgrade diri.
Namun yang menjadi kekhawatiran
saya pribadi adalah bagaimana reaksi dengan sebagian guru senior yang yang belum
melek teknologi? Bagaimana dengan guru yang mengajar di pelosok yang sulit
menjangkau jaringan internet? Belum lagi
tidak semua anak didik di Indonesia memiliki Gadget karena latar belakang
ekonomi keluarga yang lemah dan tidak semua juga siswa, mampu menggunakan
aplikasi belajar yang disosialisasikan guru dengan baik, sekalipun mereka
memiliki gadget, dan masih banyak lagi. Sekalipun ada pembelajaran melalui
saluran TV, itu belum cukup efektif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
pembelajaran bermakna bagi anak. Akan sulit menjanjikan kualitas pendidikan ke
arah yang lebih baik di tengah-tengah Pandemi COVID-19 saat ini. Justru
keberhasilan pendidikan akan semakin melemah.
Foto diambil sebelum pembelajaran tatap muka dilarang di sekolah. |
Ini harus menjadi tugas bersama. Orang
tua dan siswa mari saling mendukung agar makna belajar tak bergeser. Guru-guru
Indonesia mari sama-sama lebih kreatif dan berinovasi untuk membimbing anak
didik agar tak tertinggal jauh dari pendidikan. Mulai dari hal kecil tak apa.
Semua pasti ada solusinya jika kita berusaha. Sedikit berbagi pengalaman, tanpa
menjadi beban bagi anak. Kurang lebih dua jam dalam sehari saya ajak anak untuk
belajar bersama menggunakan salah satu aplikasi belajar yakni edmodo,
kebetulan didukung jarigan internet yang memadai dan adanya fasilitas ponsel.
Saya selalu kirimkan bahan ajar dalam bentuk powerpoint dan video
penjelasan materi dengan metode penyampaian materi yang lebih sederhana dan
membuka ruang sebebasnya bagi anak untuk mengajukan pertanyaan secara daring.
Meskipun harus memberikan energi lebih, seperti memandu anak agar memahami
metode pemakaian applikasinya, bahkan mengoreksi tugas anak lewat layar ponsel
dan laptop. Kemudian setiap hari jam kerja dari rumah tanpa disadari bertambah
karena harus mempersiapkan segala materi dalam bentuk powerpoint lalu 2
hari sekali harus rekam video mengajar sampai kepada editingnya agar lebih
mudah dimegerti anak didik.
Kita tidak harus mengeluh karena
tidak ada ponsel atau jaringan internet. Ada seorang guru yang mengalami
kurangnya fasilitas penunjang anak didik dan guru dalam belajar daring. Beliau
contoh guru yang menginspirasi dan menyentuh. Dialah Pak Avan Fathurrahman,
seorang guru di Sumenep, Madura Jawa Timur. Beliau tidak ingin melewatkan waktu
mengajarnya di tengah wabah virus COVID-19. Dikarenakan tidak ada fasilitas
penunjang seperti ponsel pada siswa untuk belajar daring, beliau memutuskan
untuk menyambangi rumah-rumah siswa satu persatu untuk diajari.
Harapannya Pemerintah mulai harus
memberikan perhatian serius pada beberapa guru dan siswa yang mengalami masalah
belajar daring saat ini. Mulai dengan memberikan fasilitas seperlunya, agar tak
terjadi kegiatan belajar dan mengajar yang mampu mengancam keselamatan karena
terpapar virus berbahaya tersebut. Sama halnya dengan yang terjadi dengan guru
honorer di Mojokerto yang tetap berjuang mengajar daring sampai harus keluar
rumah mencari WiFi gratis.
Terlepas dari segala kegalauan
tersebut guru-guru juga harus tetap mampu memberikan yang terbaik bagi siswa
selama masa belajar daring. Semoga ide-ide kreatif kita muncul agar pandemi COVID-19
tak berdampak besar bagi pendidikan kita ke depan. Saya pun belum mampu
melakukan hal-hal besar, tapi setidaknya saya sudah memulai dari hal yang paling
sederhana. Tidak perlu harus menuntut banyak ke pemerintah atau pemimpin
sekolah jika kita masih mampu untuk berbuat, sebab seyogyanya tugas guru adalah
pahlawan tanpa tanda jasa. Sekiranya pun pemerintah sudah cukup pusing
memikirkan cara agar Indoesia tetap bertahan dan mampu memerangi virus ini. Nah, tugas kita sebagai guru bertanggungjawab menjaga gerbang pendidikan, ya
mulai dari hal-hal yang kecil dan paling sederhana.
*Penulis adalah pengajar di SMP Bintang Timur Pematangsiantar
Mungkin Anda akan menyukai video ini:
KOMENTAR