Oleh: Dewi Friska Butar Butar*
Dunia
geger dibuatnya! Virus Corona atau Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit yang
menyerang sistem pernapasan yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada
akhir tahun 2019 lalu. Penyebaran virus yang belum ditemukan penawarnya itu
hingga kini tak terkendali. Saat ini, pengobatan yang dipakai hanyalah
pengobatan antivirus yang diharapkan dapat menekan perkembangan virus ini di
dalam tubuh dan terapi simptomatik yang diharapkan meningkatkan stamina dan
daya tahan tubuh untuk bertahan dari serangan virus tersebut. Sampai akhirnya
tubuh mempunyai waktu untuk membentuk antibodi untuk melawan virus tersebut.
Lebih
dari 200 negara di dunia melaporkan adanya kasus terpapar virus corona. Di
Indonesia, kasus ini pertama kali ditemukan pada dua warga Depok, Jawa Barat
awal Maret lalu. Pandemi COVID-19 juga ditemukan di beberapa kota lainnya,
seperti Solo, Surabaya, Bandung, dll. yang jumlahnya semakin meningkat dari hari
ke hari. Untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 presiden Jokowi pun mengimbau
warga untuk menerapkan social/physichal
distancing, memakai masker dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara
olahraga, makan makanan bergizi dan vitamin, cukup tidur/istirahat, dan jangan
stres.
Untuk
menindaklanjuti imbauan tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud), Nadiem Makarim menegaskan dalam konferensi online, Selasa
(24/3/2020) bahwa kegiatan yang mengumpulkan orang banyak, seperti halnya
mengumpulkan siswa dan guru di sekolah untuk Penilaian Akhir Semester (PAS)
tidak diperkenankan selama masa darurat COVID-19. Nadiem juga menganjurkan agar
murid belajar dari rumah dan guru mengajar dari rumah. Hal itu dilakukan untuk
menghindari perkumpulan perkumpulan siswa maupun guru yang dapat memperpanjang
tali penyebaran COVID-19 serta dapat mempertahankan stabilitas pendidikan.
Pembelajaran
daring yang dianjurkan oleh pemerintah bertujuan untuk memberikan pengalaman
belajar yang bermakna bagi siswa dan mendorong siswa menjadi kreatif yang
mengakses sebanyak mungkin sumber pengetahuan, menghasilkan karya, serta
mengasah wawasan.
Dalam
penerapan Study From Home (SFH) siswa
diimbau untuk belajar meski berada di rumah. Guru tidak perlu lagi memberi
banyak informasi, namun yang penting informasi yang membuat siswa produktif dan
kreatif. Tidak dengan menyuapi anak dengan pengetahuan, tapi membiarkan anak
memilih pengetahuan itu sendiri. Dalam sistem pembelajaran SFH ini guru dan
orangtua berperan dalam mendampingi proses belajar anak selama berada di rumah.
Meski terlihat menyenangkan, pembelajaran di rumah bukanlah sesuatu yang mudah
bagi para orang tua, siswa dan guru. Hal ini dikarenakan sistem pembelajaran
ini diberlakukan sangat tiba-tiba. Sehingga orangtua, siswa dan guru tidak
memiliki persiapan dalam pembelajaran daring. Orangtua yang masih gagap
teknologi kewalahan dalam mendampingi anak belajar di rumah dan harus memenuhi
biaya kuota internet yang menjadi kebutuhan belajar anak. Siswa yang dibebani
dengan tumpukan tugas dari tiap mata pelajaran yang berbeda dengan waktu
pengerjaan yang singkat. Guru merasa kaget karena harus mengubah sistem,
silabus dan metode belajar dengan cepat dan dituntut melakukan pembelajaran
seperti jadwal biasanya serta melaporkan proses pembelajaran setiap harinya.
Dengan
beberapa kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk memutus rantai penyebaran
COVID-19 ini tak hanya berdampak pada perubahan tempat Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) saja, namun juga terhadap Standar Kompetensi (SK), Kompetensi
Dasar (KD), bahkan materi ajar juga tidak terimplementasikan dan ketentuan PAS
sebagai penentu kenaikan kelas juga mengalami perubahan.
Baca juga: Manusia-manusia Tidak Berguna
Baca juga: Manusia-manusia Tidak Berguna
Saya
sebagai salah satu tenaga pendidik di Sekolah Menengah Atas (SMA) pasti ada
tantangan khusus yang dihadapi. Di mana sebelumnya tidak pernah menggunakan
metode belajar jarak jauh. Dibutuhkan keahlian ekstra dalam mempersiapkan
materi dan metode agar belajar jarak jauh dikemas semenarik mungkin. Berkreasi
menggunakan aplikasi belajar dan mencari metode baru, dengan menggunakan
aplikasi belajar online seperti, Google
Classroom, Zoom, Couldx, WhatsApp, Facebook dan Messenger sebagai media belajar; Membuat video pembelajaran dan
men-share kepada siswa agar siswa di rumah dapat memahami materi lebih mudah;
Mengajak siswa membuat video-video pembelajaran dengan menarik. Metode metode
ini dirancang guru sedemikian rupa agar siswa tetap bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran online.
Meskipun
era sudah memasuki zaman millennium (ke-2), namun tidak bisa dipungkiri masih ada
beberapa siswa yang tidak paham menggunakan gadget.
Saya sebagai tenaga pendidik juga berupaya membuat latihan soal yang dapat dikerjakan
siswa di rumah masing-masing dan setelah selesai pengerjaan soal, siswa
memperoleh langsung skor/nilainya. Namun, metode-metode seperti itu juga tidak
bisa berjalan secara merata kepada seluruh siswa, sebagaimana yang diharapkan.
Psikolog
Universitas Indonesia, Dr. Rose Mini Agoes Salim mengatakan peserta didik harus
membiasakan pembelajaran dalam jaringan (daring) selama berlangsungnya wabah
COVID-19 di tanah air. Guru bisa menggunakan platform-platform pembelajaran daring tertentu dan bisa membantu
anak sehingga anak merasa tatap muka
dengan gurunya. Bisa dengan menggunakan video dan lainnya.
Pembelajaran
menggunakan video juga pernah saya terapkan. Video pembelajaran saya upload
kemudian dibagikan di grup belajar siswa, begitu siswa selesai melihat video,
mendengarkan apa yang dijelaskan, jika ada pertanyaan atau hal yang belum
dipahami oleh siswa maka guru dan siswa mendiskusikannya bersama-sama. Namun,
siswa yang sadar dan ikut berpartisipasi sangat minim.
Selain
itu, kendala yang ditemukan pada sistem pembelajaran daring ini, yaitu
dibutuhkannya akses jaringan internet, di mana ada beberapa siswa tinggal di
daerah yang sulit mendapatkan jaringan internet.
Sehingga
tenaga pendidik juga harus memaklumi dan tetap mengapresiasi siswa yang
berupaya mengerjakan tugas dan mengumpulkannya lewat dari tenggang waktu yang
diberikan. Dengan kata lain, guru harus siap membuka diri 24 jam menerima tugas
siswa dan menjawab pertanyaan siswa mengenai materi pelajaran yang tidak
dipahami.
Melihat
kendala yang dialami dalam proses pembelajaran daring seperti ini, guru-guru di
Indonesia perlu dipersiapkan untuk melakukan sistem pembelajaran online dengan
mengadakan pelatihan dan sejenisnya agar mematangkan pemahaman guru mengenai
proses pembelajaran daring dan dalam pelaksanaannya.
Pemerhati
pendidikan, Indra Charismiadji mengatakan, pendidikan era 4.0 bukan lagi apa
yang dipelajari melainkan bagaimana caranya belajar. Dalam hal itu, peran
seorang pendidik sangat dibutuhkan, karena mereka harus membimbing peserta
didik tentang caranya belajar dengan memanfaatkan internet.
Dengan
adanya virus COVID-19 ini membuka mata saya, bahwa sistem pembelajaran daring
tidak hanya memberikan tugas dan menuntut siswa untuk menyelesaikan tugas.
Siswa lebih membutuhkan motivasi yang kuat dari pada skor. Kemampuan berkarya
dan berkolaborasi yang akan menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan
menghafal. Kita, khususnya tenaga pendidik, sebaiknya memberikan inspirasi dan
memberikan kesempatan anak didik kita untuk berinovasi.
Seperti
yang dicanangkan Menteri Pendidikan, Nadiem Anwar Makarim kala ia memberi
pidato pertama pasca dilantik: “Jangan
menunggu aba-aba, Jangan menunggu perintah. Ambillah langkah pertama. Besok. Di
mana pun Anda berada lakukan perubahan kecil di kelas Anda!”.
*Penulis adalah tenaga pendidik di salah satu SMA Swasta di Sibolga.
KOMENTAR