KEMENANGAN DI BALIK NORMAL BARU

Oleh: Kelompok KKN-DR 165 UINSU

Virus Corona pertama kali  dideteksi pada 2 Maret 2020 di Indonesia, virus ini menyebar begitu cepat. Mengubah semua perencanaan, mimpi, bahkan rancangan setiap manusia. Pandemi ini menyebabkan krisis kesehatan, sosial, ekonomi  serta berdampak juga pada pendidikan kita. Manusia saat ini mulai terjepit, terhimpit pada mimpinya. Entah itu mimpi untuk pengumpulan pundi-pundi emasnya atau hanya sekadar rencana untuk bertahan hidup.

Di sinilah kita berada, pada era VUCA, Volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity.  Era yang bergerak sangat cepat dan era yang penuh dengan kekacauan. Sangat sulit untuk memprediksi isu dan peristiwa yang akan terjadi saat ini. Ekonomi kita semakin merosot, di sisi lain korban jiwa juga semakin banyak.  Dan pada akhirnya setelah karantina kita harus dihadapkan dengan normal baru demi menyelamatkan perekonomian kita. Normal baru bukan berarti bumi sudah pulih dari virus corona, karena ancaman penyakit masih ada dimana-mana.  Normal baru artinya kita harus mengubah sistem, kebiasaan serta paradigma lama, siap tidak siap dan mau tidak mau.  

Situasi baru tersebut, yang lebih tepat dinamakan “penormalan baru” upaya untuk menormalkan segala hal yang baru menjadi  suatu hal yang tidak terelakkan. Teknologi Informasi yang selama ini digunakan masyarakat untuk mendapatkan dan mengelola informasi adalah kebutuhan utama dalam menghadapi penormalan baru ini karena maraknya aktivitas yang dilakukan secara daring. Ketika bisnis dan tempat pariwisata mulai dibuka kembali, kita melihat kenyataan baru sedang menatap wajah kita. Tindakan pencegahan baru seperti menjauhkan jarak sosial di luar rumah, membatasi kapasitas di tempat-tempat sosial dan mengenakan pelindung wajah saat melakukan kegiatan sehari-hari adalah cara hidup yang akan kita lihat untuk sementara waktu. 

Di balik kesulitan pasti banyak kemudahan yang Tuhan sisipkan. Pandemi ini telah banyak mengajarkan bahwa kita tidak dapat memprediksi peristiwa dan perubahan yang akan terjadi mendatang. Semua hal bisa saja terjadi, sama halnya ketika kita tidak mampu memprediksi virus Corona yang terus menyebar dan menyerang beberapa dari keluarga terdekat kita. Setiap orang harus menyiapkan diri masing-masing untuk menghadapi hal-hal baru di masa yang akan datang dan kita dituntut untuk adaptif terhadap perubahan yang ada.  Bagaimana caranya? Masa pandemi ini tentu sangat banyak memberikan kita waktu luang dan kesempatan untuk menyelesaikan keinginan-keinginan yang belum sempat kita lakukan pada saat sibuk. Dengan banyaknya aktivitas di rumah saja, tanpa terjebak kemacetan jalan dan riuhnya dunia luar. Kita dapat sejenak menenangkan pikiran, membuat inovasi baru untuk pekerjaan yang kita geluti, mengasah bakat yang sempat terabaikan. Serta sejenak bercengkrama bersama orang-orang tersayang. Hanya sejenak, karena setelah pandemi ini berakhir, kita akan kembali menyelam pada kesibukan kita masing-masing.

Memaksimalkan waktu adalah sebuah keharusan  untuk mengolah diri kita sendiri sebagai bekal kembali ke dunia baru yang akan kita alami. Di era ini kita harus siap mencari terobosan baru. Kita membutuhkan orang-orang yang kreatif serta inovatif, dan mampu mengikuti arus perubahan. Itu adalah diri kita sendiri, para digital native  yang mampu mengampanyekan kebaikan bahkan menggalang dana untuk orang-orang yang sangat terdampak keadaan ekonominya akibat pandemi ini hanya dalam hitungan detik. Kita bisa berkolaborasi dengan keahlian masing-masing. 

Kita tidak dapat melemparkan janji untuk kembali hidup normal hanya kepada pemerintah, janji itu kita pegang bersama saat ini. Tenaga medis masih berada di garda terdepan dan setiap orang harus mengambil peran. Dalam usaha memulihkan  perekonomian, setidaknya marilah kita menstabilkan keuangan di keluarga atau bahkan untuk diri sendiri terlebih dahulu. Memulai usaha kecil-kecilan, mencoba mengolah dan membuat produk yang akan tetap dicari orang walau di masa sulit ini. Kuncinya adalah terus mencoba, memutar otak untuk menghasilkan. Para pelajar dan mahasiswa yang masih diharuskan belajar dari rumah, tetaplah jadi pembelajar sejati. Terkhusus untuk mahasiswa, mari kita maksimalkan waktu untuk  menggali ilmu walaupun hanya melalui gawai yang kita pegang. Memaksimalkan potensi serta memperdalam keahlian kita, agar nantinya setelah pandemi ini berakhir, muncul sarjana-sarjana yang berkualitas dengan bakat, keahlian serta mental yang kuat. Ketika semua orang turut mengambil peran, maka di masa yang akan datang, kita akan menyadari bahwa pandemi ini bukan musibah melainkan berkah untuk membangun kemenangan dan membentuk manusia dengan peradaban yang lebih maju.