PMKRI di Pentas Budaya Digital Kamboja: Peran Memukau Indah Nababan dalam Gereja Sinode

Dokumentasi pribadi Indah saat kegiatan 

Pematangsiantar, kota kecil yang terletak di Sumatera Utara, menjadi saksi dari kehadiran gemilang seorang mahasiswi berbakat, Indah Nababan, yang merupakan anggota Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI). 

Sebuah kisah menarik memperlihatkan bagaimana seorang perempuan muda mampu menorehkan kesan mendalam dalam acara Gereja Sinodal yang diadakan di Kamboja pada tanggal 10 hingga 20 Maret.

Indah bukan hanya sekadar peserta biasa dalam acara tersebut. Dia memilih untuk mempersembahkan budaya Indonesia dengan mengenakan busana adat Batak Toba yang memukau. 

Busana itu bukan hanya selembar kain, tapi juga sebuah cerminan dari kekayaan tradisi dan kebanggaan akan identitasnya.

 Di tengah sorotan panggung, Indah berhasil menghipnotis perhatian seluruh peserta acara dengan keelokan busana adatnya, memancarkan keindahan budaya Indonesia, khususnya budaya Batak Toba. Namun, kehadiran Indah tidak hanya tentang penampilan visual semata. 

Dia juga memperkaya dirinya dengan keterampilan digital melalui partisipasinya dalam kursus khusus yang diselenggarakan sepanjang acara. 

Dalam kursus tersebut, Indah belajar lebih dalam tentang produksi video dan literasi digital, keterampilan yang semakin penting di era digital saat ini. 

Keterlibatan aktifnya dalam kursus digital tersebut menunjukkan komitmennya dalam menghadapi tantangan zaman yang terus berubah.

"Saya berusaha tidak hanya untuk mewakili PMKRI, tetapi juga mempersembahkan keindahan budaya Indonesia dan meningkatkan keterampilan digital saya untuk memperjuangkan tujuan yang lebih besar," ujar Indah dengan antusiasme yang memancar.

Selain itu, keberadaannya dalam acara ini bukan hanya sebagai perwakilan budaya Indonesia, melainkan juga sebagai agen perubahan yang tangguh dalam menghadapi era digital.

 Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, keterampilan digital menjadi kunci untuk sukses dan relevan.

 Indah menunjukkan bahwa sebagai generasi muda, kita harus siap beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan memanfaatkannya untuk kepentingan yang lebih besar.

Acara Gereja Sinodal di Kamboja ini juga menjadi wadah bagi pertemuan antara negara-negara yang berbeda. 

Di antara negara-negara yang mengikuti acara ini adalah Indonesia, Nepal, Vietnam, Malaysia, Thailand, Mongolia, Timor Leste, Papua New Guinea, dan tuan rumah, Kamboja. Melalui pertemuan ini, terjalinlah kerjasama lintas budaya dan pemahaman yang lebih dalam tentang tantangan dan peluang yang dihadapi oleh masyarakat Kristen di berbagai belahan dunia.

Kehadiran Indah Nababan dalam acara Gereja Sinodal di Kamboja tidak hanya meninggalkan kesan positif bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk terus mengembangkan diri, menjunjung tinggi budaya bangsa, dan mempersiapkan diri menghadapi era digital yang semakin maju. 

Dengan keterampilan yang dimilikinya dan semangat yang membara, Indah adalah contoh nyata dari bagaimana seseorang dapat menjadi agen perubahan yang berpengaruh dalam dunia yang terus berkembang ini.

Ditulis oleh: Alberto Nainggolan